Jumat, 14 Desember 2012

Kotaku

Kotaku menenggelamkan seluruh tubuhku

meski aku dilahirkan di sini...

aku kokohkan sendi tulangku sendiri,

agar temaram senja tak menjauhkan aku

kotaku tak menyisakan satupun yang kumiliki

telah aku benahi segalanya, tatapan mataku, kayuh kakiku

beribu mulut parau melemparku hingga pucuk ilalang

 

semua  nampak tak sedikitpun meraih eksotis mawar

padahal dengan angin kembara aku hiaskan

di wajah kotaku, yang menyimpan seribu sembilu

aku tersudut di kotaku sendiri, namun semuanya

memburu detik,  demi sayap sayap burung merak

aku sekejap dalam separo nafasku

 

segalanya memang Kodrat dan Iradat dariNYA

aku sambut dengan percikan air kembang

dan bentangan puji memenuhi kamarku, aku menggapai arti

lantas sederetan puncak bukit menyerpihkan asa padaku

hingga aku meluruskan batas pandang

 kotaku tertinggal di jauh detik yang menerkamku

 

                        di kota ini.....

kembali aku lahir, dengan selendang bidadari

dan angin sejuk membawakan  keranjang hidup

aku bersama wewangi bunga setaman

indah menggurat wajah pagi, tanpa suara parau

tanpa layu bunga, tanpa hunian gersang dan tanpa

debu debu kemarau yang menderaku

 

 

bukankah aku lahir di kotaku

dengan semburat awan jingga dan tujuh warna pelangi?

lantas mengapa kau diam membisu, saat aku berkemas

dengan dewa dewi Indraloka bertabur tarian gadis manja

barangkali lantaran aku terselip dalam nyanyi jalang

burung hantu di siang hari bolong

 

sehingga semua tertawan dalam tawa renyah

lantas aku melipatkan sayap, menukik tubuhku

memunguti bumiku sendiri...lengang

aku tak akan pernah melempar wajah berkerut

tetaplah kau kotaku dalam biru rinduku

karena aku terlahir sebagai tulang dan daging

 

hari hari adalah miliku sendiri

hari hari adalah langkahku sendiri

hari hari adalah wajahku sendiri

 

aku terselip di kotaku yang baru, yang melahirkan

kasih suci bersama istri dan anaku

 

Semarang, 14 Desember 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar