Kamis, 04 Oktober 2012

Puisi Anak Negeri



Semua Resah
panas merekah...
peluh membasah...
aku tengadah, menghitung awan
tak juga menjinjing air tercurah...
karena hati manusia telah pongah..

janganlah resah
hidangkan pujian padaNYA, hingga lidah
menjadi basah...
kenapa kau memilih susah
tunggulah hingga kehendak NYA yang Pemurah
dan Pengasih....

 Si Abang Becak

peganglah kuat kuat  kemudi becakmu....
agar tidak ditelan aspal mengelupas,
ditelan koruptor durjana...
dengan perut seluas samudra...

milikilah hari dalam dekapan bulan bersinar
peluh dan kesah...adalah birama hidup
yang kau kantongi..untuk istri dan anakmu...
jangan kau melempar pandang pada rumah loji
berlantai rupiah milik rakyat...
karena kau akan terjerambab dalam pusaran Dajjal...
simpan erat erat dalam kantong bajumu
hari indah...direnda atmosfer sejuk
yang bersemilir di rumah papanmu
kau akan bahagia, meski hanya
dengan sekerat ubi dan sebungkus nasi sejuk....21 SEP 2012

 Gerimis

Negeri ini..
berpagar gerimis setahun..
meski saat ini, gerimis mulai melangkah surut...
menerbangkan debu liar...dalam deru kemarau...
daun hijaupun menjerit , Archipelago dalam suram
tarian bidadari tak lagi seanggun
kala mereka bermandi canda ria
di Toba dan Telaga Sarangan

Negeri ini tak lagi bermanik..
kalungan mutiara di leher bidadari
hanya saling pekik dan kepalan tangan
memenuhi jalan jalan centang perentang
untuk menggali kuburnya sendiri

kta adalah hamba Tuhan, yang berbaju
senyum renyahm warna warni bulu Cendrawasih
adalah saksi untuk kita, dalam damai
syahdu seperti tidurnya sang pengantin
selalu dalam mesra dan tali asih...23 Sept 2012




Kemarau...
Kemarau panjang...
tenggorokan terasa kering...
dahaga tiada henti...
matahari tegak lurus di kepala kita....
angin kemarau..
turut memberi hidangan...
dengan nyanyianya
yang menggigit sendi tulang...

debu menyongsong kita..
memberi pesan..agar kita tengok hati ini...
adakah debu hitam..
yang menyumbat jiwa kita
untuk menautkan benang putih...
padaNYA di langit tujuh....

dariNYA awan akan membasahi
Anggrek Bulan kita...yang kita simpan
rapat rapat dalam dinding hidup...
kemarauku janganlah kau seganas
Raksasa binal. pemansgsa kita semua.....SEMARANG, 29 Sept 2012...

Berserah..
Mungkin lebih baik kita menata hari
tidak ada yang hilang...
atau terselip dalam istana yang kita susun..
lalang seribu kunang..
atau tajamnya taring hidup..
seloroh angin musim...
tetap kita hardik dengan teriakan nyaring...

selembut saat kita..
berbenah dan tengadah ke Yang Kuasa...
hidup tak lebih dari adonan yang lezat
saat anak anak kita menerkam...
dalam hitungan jari...

Kita tak lebih dari...
apa yang ditoreh dengan tinta emas
dalam buku harian langit ..
padaNYA kita menjaring Rahmat..
untuk aku dan kasihku...Semarang 29 Sept 2012

Dari VOC hingga Reformasi

saat biduk "Negeri Kaca " dan "Bunga Sakura "..
merapatkan punggungnya di pantai..berpagar bakau
dan alunan nyiur melambai...
mereka terperangah dalam canda ria gadis desa berenyah senyum...
menyambut pagi dalam seloroh santun,
tak ada kata setajam bedil dan samurai mereka

mereka mengelupas hari, dengan keranjang pandan
berisi sajian hari esok, mereka bermandi air sejuk...
sesejuk air telaga dari mata air sahaja dan tawakal...
entah mengapa mereka menukar sketsa halus kain sutra
dengan mesiu dan asap tebal...

mereka kini kembali ke istana mereka dengan getir..
kini si anak negeri lebih tajam dan pongah ketimbang mereka
dengan gambar buncit di perut, karena berisi..
peluh dan resah ilalang kecil...yang terseok memunguti
nasib mereka demi sekolah anak mereka...

kita terustelanjang dari wasiat para leluhur kita
yang memberikan separo nafasnya pada si abang becak
pengemis jalanan dan si penghitung hari...
bukan dalam adonan partai dan janji palsu...
kawan !, yang di sana...
apakah kau mendengar keluhanku.....ANAK NEGERI 4 OKTA 2012....