Kotaku
Kotaku
menenggelamkan seluruh tubuhku
meski
aku dilahirkan di sini...
aku
kokohkan sendi tulangku sendiri,
agar temaram
senja tak menjauhkan aku
kotaku
tak menyisakan satupun yang kumiliki
telah
aku benahi segalanya, tatapan mataku, kayuh kakiku
beribu
mulut parau melemparku hingga pucuk ilalang
semua nampak tak sedikitpun meraih eksotis mawar
padahal dengan angin kembara aku hiaskan
di wajah kotaku, yang menyimpan seribu
sembilu
aku tersudut di kotaku sendiri, namun
semuanya
memburu detik, demi sayap sayap burung merak
aku sekejap dalam separo nafasku
segalanya
memang Kodrat dan Iradat dariNYA
aku
sambut dengan percikan air kembang
dan
bentangan puji memenuhi kamarku, aku menggapai arti
lantas
sederetan puncak bukit menyerpihkan asa padaku
hingga
aku meluruskan batas pandang
kotaku tertinggal di jauh detik yang
menerkamku
di kota ini.....
kembali aku
lahir, dengan selendang bidadari
dan angin sejuk
membawakan keranjang hidup
aku bersama
wewangi bunga setaman
indah menggurat wajah pagi, tanpa suara
parau
tanpa layu bunga, tanpa hunian gersang
dan tanpa
debu debu kemarau yang menderaku
bukankah
aku lahir di kotaku
dengan
semburat awan jingga dan tujuh warna pelangi?
lantas
mengapa kau diam membisu, saat aku berkemas
dengan
dewa dewi Indraloka bertabur tarian gadis manja
barangkali
lantaran aku terselip dalam nyanyi jalang
burung
hantu di siang hari bolong
sehingga semua tertawan dalam tawa
renyah
lantas aku melipatkan sayap, menukik
tubuhku
memunguti bumiku sendiri...lengang
aku tak akan pernah melempar wajah
berkerut
tetaplah kau kotaku dalam biru rinduku
karena aku terlahir sebagai tulang dan
daging
hari
hari adalah miliku sendiri
hari
hari adalah langkahku sendiri
hari
hari adalah wajahku sendiri
aku terselip di
kotaku yang baru, yang melahirkan
kasih suci
bersama istri dan anaku
Semarang, 14 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar