Kamis, 07 Juni 2012

Arah


arah mana lagi yang mampu mengerling mata
bila dia  harus mendapatkan kembang wangi
semua jalan telah menyentaknya  dalam lagu biru
sehalus rajutan kain selendang perawan desa
dia manusia biasa, yang kering tenggorokanya
kulit kakinya setebal asa yang hanya menggantung
di cakrawala…
selaksa ruas jalan aspal yang pongah, telah dia
jelajahi hingga tinggalah potret hidup
berteman wajah yang bergurat hitam pekat

kemana lagi dia akan melengkingkan suara dadanya
bila haru biru dalam tebing kokoh terlalu kuat
menghimpitkan  seribu beban,
 lazuardi hanya berteman diam membisu, tak ada angin kembara
agar dia mampu menyemai  kembang setaman
agar dia mampu menggenapkan pita pelangi
agar tidak ada seloroh parau burung burung
seribu warna.

sempat terlintas dalam benaknya tentang boulevard di negeri sinderella
berteman dengan kuda kuda taman, percikan air bening
membasahi rambutnya yang ikal memberi gambaran hidup
tak ada lagi  legam pipinya
tak ada lagi peluh yang menghimpun resah dan keluh
namun gambaran itupun terbawa angin liar
dan kembali dia dalam guratan manusia  manusia dengki
rakus, sombong dan durjana.


dia tak ada lagi di sini,
karena kita tak mengenalnya
seribu batang palmapun enggan menyembunyikan
dia dalam suka bersama angin kemarau
menjenguk sisi hatinya yang telah lama terkubur
kita sisakan waktu meski sepotong nafas kita
namun seribu raksasa bertangan kokoh
menjaganya, agar dia terpelanting jauh dari kita

dia dalam sepi…
akan kemana lagi ….

(Tegal, 5 Juni 2012)
 SemarMoncer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar