malamku yang sepi ini
bagai malam milik sang pejaka,
kala menyelipkan kembang tujuh
warna,
pada daun telinga perawan desa,
yang bergelora dalam kelambu
sutra biru
bintang gemintang melentingkan
seluruh sinarnya
hingga hinggap di lazuardi
bertatap nakal
malam bertambah sepi…
ilalang bertambah merapat…
angin kemarau bertambah garang
berpusar menampakan tajamnya
gigi taring, wajah menyeringainya
membuang jauh jauh
semua babak manusia,
akupun bertambah berani…..
aku berkelana setiap sudut waktu
fajarpun hanya berhias senyum
bintang kejora
aku kencangkan perahu malam, sang rembulan….
bertambah binar bedak gincunya
sesekali aku berikan bait prosa
tentang hidup, tentang drama
dari negeri kaca
untuk menjemputmu sang kekasih
kita dalam lakon di atas pohon
pisang
kala “blencong” kita punguti
sinarnya
kita kembalikan dalam realita
hidup,
kaulah sang lakon perjalanan
denting waktu
aku hanya diam dalam rajutan
sutra biru
aku berhias seribu bintang
(Di suatu malam 5 Mei 2012)
Kasihku
Terbanglah tinggi
menyusun awan,
aturlah nafasmu
agar langit tetap berlingkung
pagar rumah kita
halaman depan bersemi bunga
kau dalam gayutan
aku dalam senyum
(Di suatu malam 5 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar