Sabtu, 02 Juni 2012

malamku yang sepi


malamku yang sepi ini
bagai malam milik sang pejaka,
kala menyelipkan kembang tujuh warna,
pada daun telinga perawan desa,
yang bergelora dalam kelambu sutra biru
bintang gemintang melentingkan seluruh sinarnya
hingga hinggap di lazuardi bertatap nakal

malam bertambah sepi…
ilalang bertambah merapat…
angin kemarau bertambah garang
berpusar menampakan tajamnya
gigi taring, wajah menyeringainya
membuang jauh jauh
semua babak manusia,
akupun bertambah berani…..

aku berkelana setiap sudut waktu
fajarpun hanya berhias senyum bintang kejora
aku  kencangkan perahu malam, sang rembulan….
bertambah binar  bedak gincunya
sesekali aku berikan bait prosa
tentang hidup, tentang drama dari negeri kaca
untuk menjemputmu sang kekasih

kita dalam lakon di atas pohon pisang
kala “blencong” kita punguti sinarnya
kita kembalikan dalam realita hidup,
kaulah sang lakon perjalanan denting waktu
aku hanya diam dalam rajutan sutra biru
aku berhias seribu bintang

(Di suatu malam 5 Mei 2012)

Kasihku

Terbanglah tinggi
menyusun awan,
aturlah nafasmu
agar langit tetap berlingkung
pagar rumah kita
halaman depan bersemi bunga
kau dalam gayutan
aku dalam senyum

(Di suatu malam 5 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar