Sabtu, 09 Juni 2012

biarkan hanya tersisa dalam doa


Dahulu pernah aku katakan…….
Bahwa lembayung senja akan selalu menjauh..
Sembari aku semai  semua tanaman sayur..
Berdaun anggrek bulan dan bertangkai mawar biru…
Dapatkah kau selipkan…fajar,  kala melati berembun pagi

Namun tetap saja aku sampaikan kala lidah telah kelu
Nyanyian itik dan unggas telah berteriak parau…

Aku telah membawakan seutas “kanvas dengan warna”
merah jambu, untuk kau lukis dendang semua tautan
di antara “ilalang” bertabur warna sorga

Apa harus lengkap aku tuliskan semua bait syair
Untuk sebuah nyanyian jiwa, yang hendak meraih bukit hidup
dalam rajutan warna langit
Kala masih ada guratan awan hitam….lantas
Semua cakrawala telah memalingkan…
Lantaran tiada hari yang bertanam halaman hidup

Jangan kau terburu untuk meruntuhkan langit
Bila ruang dadamu masih kau isi sayatan luka
Yang kau kerlingkan sorot matamu…..
Pada tulang igaku yang mulai rapuh….masihkah ada..?
Sebuah nampan beralas sutera merah jambu
Dengan buah segar menawan….

Sehingga semua belalang pada padang gersang
Berteriak lantang, lantaran telah dekatnya jarak hati
Antara kekesalan dan rumah bambu di tepi telaga
Yang kau pagari dengan tanaman pandan,
Dapatkah kau ceritakan lagi kisah cinta
Antara bidadari Supraba dengan Arjuna

Mengapa engkau terbungkam
Selamat pagi, namun tetap terselip dalam do’a  (Tegal, 5 Maret 2011)

Di Sebuah Peristirahatan

Sudah pula aku bawa…
Seberkas embun dari “Jongringsaloko”
Diuntai pada kawanan burung bangau
Yang terbang mencari sawah dan semai

Lalu menembus ujung senja…
Tempat palma yang mengering daunya
Sang kepak burung darapun
Menoreh senyum hambar

Kemanakah beningku…
Yang aku sisakan pada saat
perjalanan malam….
Lantas akupun terselip pada derai
Senyum sejuta sayap
Aku dalam sepi……Tegal, 11 September 2010

Engkau, Tempaku Bercermin

Sebuah warna merah untuk Anyelirku
Memberi kerling mata pada putih melati
Lantas kuning kenanga
Memekik, rasa cemburu
Menembus “Awang Awang Kumitir”
Tempat “Syang Hyang Wenang” bersemayam,

Belum sempat aku benahi
Semua warna pada baju ini
Yang gontai di hambarkan gerigi waktu

Aku menggeliat
Menebar asa
UntukMU Sang Bening  (Tegal, 11 September 2010)

Senyap

Dalam kamar berinding lusuh
Senyap..
Aku menari dalam waktu…
Aku memandang dari balik tabir
Terus saja senyap

Senyap…
Mestinya bukan miliku..
Aku menyelipkan bulan
Di atas kamarku yang lusuh…(Tegal, 11 September 2010) 

Aku Ingin Pulang

Terasa rindu memenuhi remang semua yang kupunya…
Di atap rumah berhias kanvas prosa
Telah ada bunga bakung yang menawarkan “tawar air dingin”
Aku ingin pulang…
Biar tiada lagi kota yang menepis’’’
Di atas vas hati, biar aku merasa tegar

Aku ingin pulang
Aku hanya sebersit buih tipis
Menghambur
Kala pelangi mencelup di bunga senja
Biarlah semua menantiku…(Tegal, 2 September 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar