Sabtu, 09 Juni 2012

issabela

Biar  kuusung seribu burung parkit
Agar menyejukan taman yang berjejer bunga
bertengger di kelopak bunga
dan menghadapkan wajahnya pada
kuning langsat sinar mentari
yang dipuja oleh pagi
berselimut hasrat

Biar pula kutepis embun dini
Yang berbaju lusuh
Dan menjinjing udara dingin.
Tampaknya kau bunga taman
Yang tak mau menyapu
Dengan sorot mata
Ke semua batas taman…lantas
menepis semi

Terbanglah bersama pipit dan parkit
Biar kau untai mega pada rambutmu
Mengembaralah dengan kelopakmu
Yang penuh warna
Akupun hanya terdiam
Di tengah taman halaman depan  rumahku.    

Semarang, 15 September 2010

Merajut Hari

Lantas mengapa kau hanya diam
Tatkala goresan kanvas perlu aku benahi
Agar mampu meminang rembulan
Dan membagikan sinarnya
Pada ketidaktahuan ini

Mengapa tak ada senyum
Bila kuntumpun harus bermandi embun pagi
Lantas tak kau celupkan
Wewangian pada sorot
Yang masih ada di luar pagar taman

Mengapa kau lipat kelopakmu
Hingga kering dan kusam
Bukankah telah aku kirim angin sejuk
Yang meliuk di pematang  taman
Agar kau mampu merebahkan madu

Semarang, 15 September 2010

Andai Saja

Andai saja kelopak bungamu
Telah  melayu
Bersandar  cakrawala senja
Menguntai tembang surgawi
Kawanan burungpun
Akan  memberimu air dahaga
Angin penjurupun
Akan menyapu halapan tamanmu
Akupun diam…

Semarang, 15 September 2010


Hingga Kapan

Kala tanganmu yang halus bergayut
Di pundaku, .dengan mahkota bunga Zeus
Kau kenakan
Menapaki tangga menuju…
Peraduan bulan
Lantas kau kobarkan hymne de amour
Rinduku meluruh

Semarang, 15 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar