Kamis, 07 Juni 2012

Resah


Dalam Doaku Terbaring Resah

Hari ini kembali aku datang, dalam rentangan
sajadah bermanik pilu dan galau
Menuju sesuatu yang bersembunyi di balik bola mataku
hanya “sehalus tabir “ batas antara hati
tatkala bumipun dengan “vulgar” merentangkan tali
aku gapai...lantas membujur diam

satu dua kilasan tetap aku kabarkan
hingga yang ada di “tepi tak bertepi “ tetap menjulang
aku benamkan dalam “kabar sendu” tentang
bilah nafas yang melintang di tenggorokanku
tentang “kuku kuku tajam” hidup yang
menoreh luka pada sudut jantung

aku pekikan dalam keranjang malam
tatkala sebuah mimpi dalam sepertiga malam
mematahkan sayap sayapku, sehingga aku
gapai warna warna hambar dalam catatan langit
aku harapkan mampu terkesima, namun
denyut nadi dengan tngkas menyelinap
dan mengaburkan jiwa yang terkesima
aku tersungkur dalam resah
(Tegal, 26 Nember 2011).

Hanya NamaMU

Dalam perangkap magnet dan hipnotis....
warna  nafas hidup yang melekang
dan menggigit kuat  dada yang berdinding  resah
aku terpingit, tersudut dan tertawan.
Sebuah lembut dan kokoh benang sutra
Menggeliatkan tubuhku

Kau hadir,
menyimakan sebuah kiasan
Dari perjalanan urat nadi satu hingga ujung benaku
Lantas  serpihan mutiara melilitku...
Dan bergambar Asma Asmamu

Dengan namaMU
Aku terhempas jauh ke angan di batas waktu
yang tak berbatas..meski semua pantai dan
laut lepas telah aku jenguk
Aku mengunjungi  buritan semua angin dan
mampu merentangkan semua mega ....(Tegal, 26 Nember 2011).

Syahdu

Aku ikuti saja arah gelombang lautan berbuih putih
Bila membawaku ke pada semayam beralas kain babut
Dengan dinding berlapis “tafakur”, terpaan angin kemarau
tak kurasa lagi, aku sempat meliukan segenap kemauanku
untuk menghadirkan irama jantung,
ulu hati, desah nafas dan jalangnya nadi darah
aku kuliti tubuhku sendiri
hingga mencapai batas dimana Engkau berdiri dihadapanku,
dak Kau petik satu persatu, semua yang ada di kepalaku
lantas Kau cermati luka kakiku, yang terkupas
lantaran ganasnya deru debu jaman

Engkaupun dalam halus menyelinap,
Hingga tak ada batas lagi warna jaman
Hanya ada “zuhud”, hingga memeras air mataku
Engkau dalam kesyahduan, membiramakan suara hati
Dalam titian benang benag yang tak tampak.

Akulah sang pengelana,
dari guratan tangan satu ke guratan lainnya
hingga jalan panjang tertutup batas horison
namun hanyalah kutemui batas senja bertabir hitam kelam
lantas dengan kesyahduan Kau lepas jeratan kuat, aku mulai
terkesima. Pada halus,lembut wajah malam yang Kau miliki

(Tegal, 26 Nember 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar