Kamis, 15 November 2012

Pak Guru dan Bill CLINTON




Hari semakin gelap lantaran tiada sama sekali sapaan dari matahari meski hari telah pagi. Kegelapan ini   karena mendung tebal menghiasi lengkung langit di Desa Sawo Jajar, sebuah desa yang terletak di tepi Kota Magelang.  Sementara itu semalam hujan mengguyur wajah desa itu tiada henti. Yang tersisa hanya udara dingin menyelimuti semua warga dan mengajak mereka untuk tetap di tempat tidur merangkai mimpi indah.

            Namun Pak Burhan tetap saja bertekad menepis dinginya udara pagi ini, lantaran dia tahu persis bahwa tugas moral dia sebagai guru SD N I Sawojajar tidak mengenal  cuaca. Meski diapun tahu bahwa belum semua siswanya telah menunggunya di sekolah. Karena sebagian besar dari mereka adalah anak desa yang tiap pagi harus membantu orang tuanya ke sawah, barulah setelah itu mereka masuk sekolah. Beruntung saat ini musih hujan, sehingga mereka bisa lebih awal kesekolah. Yang membuat Pak Burhan menahan duka dan prihatin mendalam, adalah ketika musim kemarau datang. Anak didiknya baru masuk sekolah setelah mereka mengangsu air di sendang guna keperluan keluarga masing-masing. Sering Pak Burhan termenung, untuk mencari jalan keluar terhadap ini semua. Haruskah dia mengajukan permohonan pindah ke Semarang, kota tempat kel;ahirannya.

            Jalan desa yang dilalui kini sungguh mirip dengan kubangan kerbau, sebentar-sebentar guru muda tersebutpun harus mengendorkan pedal gas saat menemui jala yang becek dan licin.  Namun dia tetap meneruskan perjalanan yang masih cukup jauh ini dengan perasaan tetap lapang dada. Dari kejauhan samar tertutup kabut terlihatlah bangunan sekolahnya, yang berdara di lereng bukit, dikelilingi pohom pinus yang menjulang tinggi.

            Seperti biasanya setiap pagi, Pak Burhanlah yang pertama kali datang di sekolah itu, maka diapun segera membuka pintu padar sekolah sekuat tenaga, karena banyak bagian dari pintu itu yang sudah berkarat. Apalagi semalam hujan tiada henti, semua bagian pintu itu basah. Pak Burhanpun harus mengandalkan tenaga yang lebihj kuat untuk membukanya. Dengan keringat yang masih membahasaho seluruh tubuhnya , diapun sendiri merenungi hidup dan segala sesuatu tentang anak didiknya serta kondisi sekolahnya.

            Anganya kini langsung membangkitkan daya ingatnya beberapa minggu yang lalu, kala dia menyaksikan siaran figure pemimpin dunia di salah satu stasiun televise swasta. Pak Burhan ingat betul tentang pengabdian mantan presiden Amerika Bill Clinton kepada kemanusiaan. “Karena sebuah idealisme yang kokoh, Yayasan Clinton mampu berkembang pesat membuahkan anak organisasinya hingga 501 organisasi dengan jumlah staf 1.100 personil dari seluruh dunia. Tahun demi tahun yayasan ini berkembang hingga kini memiliki perwakilan di  40 negara. Tercatat sudah bahwa sebanyak ratusan juta penduduk dunia yang berhasil mendapat berkah dari yayasan ini” .  Demikian komentar pembawa acara siaran tersebut yang dia ingat betul.

            Pak Burhanpun langsung membulatkan gagasanya untuk mengajukan surat permohonan bantuan kepada Yayasan Bill Clinton yang telah banyak memberikan bantuan kepada kaum miskin di Afrika dan Amerika Latin. Apa salahnya dia mencoba untuk mengajukan surat permohonan bantuan. Maka dengan secarik kertas yang diketik rapi dan berbahasa Inggris,  Pak Burhanpun mengajukan proposal sederhana meski dengan bahasa Inggris yang blepotan. Untuk meyakinkan Clinton, diapun melampirkan beberapa foto yang diambil dari album sekolahanya.
            Pak Burhan segera memasukan surat kedalam amplop  dengan alamat Yayasan Clintin di New York USA, dan segeralah mel;uncur sepeda motor butut itu ke Kota Magelang untuk mengeposkan surat itu. Diapun tahu bila seharian hujan terus, maka bayak temanya yang tidak masuk mengajar.  Apalagi anak anak didiknya, maka diapun tetap membulatkan tekadnya untuk ke Kota Magelang tersebut.
            Kembali kini Pak Burhan sibuk dengan kegiatan membimbing dan mengasuh anak didiknya dengan sepenuh hatu di tengah keheningan lereng Gunung Merapi, yang melahirkan ketentraman hati sang pendidik muda ini. Musim kemarau kini mendera wajah kaki gunung yang pemarah itu. Semua warga di desa Sawojajar kini menjerit mendambakan seteguk air guna kehidupan mereka, termasuk pak guru muda ini. Namun masalah itu menjadi sirna, kala dia larut dengan canda ria anak desa yang lucu dan lugu.
            “Selamat siang, Pak”
            “Salamat siang, Pak Tarjo, oh ya silakan duduk di kantor “
            “Oh kami tidak lama-lama kok, kami hanya disuruh Pak Lurah untuk mengundang bapak ke kelurahan “
            “ Ada apa, Pak Tarjo “
            “Ada tamu dari Jakarta mencari Pak Burhan, mereka bule bule yang katanya datang dari Singapura “
            Pak Burhan setengah tidak percaya mendengar perkataan perangkat desa itu, namun rasa bahagia tak terkira kini terselip di jauh lubuk hatinya, kala membayangkan surat permohonannya yang sederhana itu disetujui Yayasan Clinton. Segera diapun menuju ke kelurahan untuk menemuni tamunya itu. Dengan sebuah harapan agar desa ini menjadi desa yang dipenuhi kehidupan warganya yang tidak terbelit beribu kesusahan.
            “Inilah yang namanya Pak Burhan, salah satu guru SD di desa kami” Pak lurah segera mengenalkan dirinya dengan tamu-tamunya, yang segera di sampaikan penerjemahnya. Semua hadirin termasuk Pak Camat menjadi terkagum dengan perjuangan guru muda yang idealis ini.
            “Baiklah Pak Burhan, bapak segera mempresentasikan permohonan bapak di depan perwakilan Yayasan Clinton Cabang Singapura. Bapak berbicara secara pelan, biar kami terjemahkan”
            “Baik Pak “ Pak Burhan tanpa menunggu komando lebih lanjut dia segera menjelaskan segala sesuatu yang menjadi kendala kehidupan desa ini, mulai dari jalan desa yang memprihatinkan, sumber air, bahan ajar sekolah  serta mck yang sangat memprihatinkan.
            Pak Burhan kini menjadi guru SD yang bertambah rajin, apalagi anak didiknya sekarang tidak ada yang terlambat lagi.. Karena kini telah tersedia sumber air berlimpah,  jalan desa yang keras dan tidak becek lagi, dan tidak ada lagi warga desanya yang buang air di kali/
            Kini dia merasakan Bill Clinton selalu saja ada disampingnya, untuk dijadikan tempat mengadu segala permasalahan tentang masa depan anak didiknya dan segera mengulurkan bantuanya apabila dibutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar