pada gugusan bintang gemintang
pada sekumpulan lampion kertas
warna warni ; menghantarkan
dirimu menuju “altar suci” untuk
sebuah ikrar; senja tak lagi merebah
menuangkan sisi hatinya pada
perahu layar; yang selalu mengencang
sorot matanya; ombak ombak
berdesis bisa
yang melumpuhkan lambung perahu;
kau jaga tautan perjalanan
pada empat penjuru langit, di
sana aku mengayuh angin
merapikan pematang sawah
kau masih menyisakan suara sayup
gamelan jawa yang memantul dari
sisi cakrawala tentang
tembang tembang kasmaran milik
penghuni di balik awan
awan putih bersih,
akupun hanya merasa sengau;
namun aku biarkan
semuanya bermatomorfosis dengan
ikatan bunga dan bulan
(, Semarang 16 Mei 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar