Kamis, 31 Mei 2012

hidup


aku tidak mengerti, akupun  heran
mengapa aku tidak terbang saja,
hinggap di sekumpulan musim
tidak ada kemarau ataupun hujan
petir hanya kembang api
penghias dinding rumahku
debu kemarau hanya gincu bibirku…

aku menghempas langkah
membentur batu  bermata dingin
diam membisu di perut  tebing
aku terkungkung, berteriak nyaring
tak satu tautan angin mengantarku
bila telah lelap angin pancaroba

aku turut merebah,
bersama ilalang, saat angin senja
mengoyaknya dengan taringnya yang tajam
aku mengerling mata pada batas nyata
antara memacu derap dan mengatur nafas
binalnya jarum waktu membinasakakanku

lidahku kelu, membaca guratan hidup
benang benang putih telah jauh dariku
saat telah dekat, aku terkapar dalam
bunga warna warni……
aku tak sanggup membaca buku cerita langit,
entah hingga kapan
aku dalam sudut hati


malam
dendang yang kudengar dari suara alam
di tepian telaga biru, siul angin
dijebak rumpun bambu
malampun dalam birama
sendu dan rindu
aku terdiam di tengahnya


saat kau datang
kau datang membawa hari
dalam buritan perahu
menjerat ombak yang kian lantang
aku bersatu dengan angin laut
hingga kutemukan pantaiku
kusemai bakung dan beluntas
agar kau sejenak
mengatur hari

mataharuku
tak sanggup lagi aku dalam deru nafas
hingga memilih sendiri cerita indah
jangan pernah mengusamkan sajak dan puisi
hingga kau temukan bait
tentang negeri indah bercakrawala rindu

SEMARANG, 20 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar