tiada pernah lelah mengusung
gamelan jawa,
Indraloka melempar senyum,
bertatap mata dengan
cakrawala beristana Laut Jawa
di halaman rumah bambu,
riuh dolanan anak menjemput bulan purnama,
kota ini menjinjing pesona
gadis desa yang binal
memburu tiap detik di
pagi menerpa pantai alam yang indah
langit berwarna tujuh mahkota
meluruh
merapikan pematang sawah dan
gelar padi
membahanakan sari bunga tiap
perguliran musim
aku tiada pernah menahan
jarum waktu,
untuk sebuah rindu pada
binalnya gadis desa
di kota ini, kala berbedak
pupur dengan manja
entahlah, langit mana yang
akan kuhinggapi
untuk menyedu teh di kota
ini,
dengan rebusan singkong, gula
jawa dan senyum
sang bidadari malam
aku tersudut dalam seribu
angan di benak
rindu ini telah
memelentingkan aku
pada daun pandan dan anyelir
di kota ini
(Semarang, 24 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar