Rabu, 30 Mei 2012

puisi tentang malam


Aku goreskan dengan pena harap,
pada sisi langit,  yang bermandi kain hitam
pernik bintangmu, bukan sinar yang aku pungut
hanya sorotnya yang melentingkan aku
pada “sekuntum bunga berkelopak sembilu”
yang  kau jinjing

“Sense of night” menggetarkan nadiku
Meski kau lebih memilih “sense of belonging”
yang koyak…”metamorphosis”  malam ini
telah berkata jujur
Tanpa berenda benang jingga
Yang aku selipkan pada kra bajumu.

Kau tak mampu menjenguku
Untuk merapikan halaman rumah
Berpagar bambu…milik pipit dan kenari
Yang telah meradang sayapnya. ..

Sempat aku sedu alam seisinya
Dengan hangat  dan lembutnya kain sutra milikmu
Kau layaknya Putri Kate di atas kereta kuda
Dengan roda besi yang menggilas jarum waktu

Aku tampakan pada semua bioma tanah padang
Sebuah guratan wajahku, yang terpampang di jendela langit
Namun kau tetap menyelinap di tengah malam
Dalam waktu…..
kutunggu  di atas kursi bambuku
entah aku di tengah waktu

 (Semarang, 23 Oktober 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar