Senin, 28 Mei 2012

Ombak di Parangtritis


sketsa bergaris biru dari langit, kala itu bertemaram
berkemas menyambut sang rembulan, sang langit Parangtritis
bergaun tipis warna jingga dari noni negeri Skandinavia
meski aku bersanding dengan tepi pantai, buih menyorot pandang
penuh tanya……
langit yang menyelup batas pandang kaki langit,
melingkungi aku dengan seribu keingintahuan
tentang getar halus yang menyelinap di nadi darahku,
saat di Parangtritis, saat aku berkeluh dan kesah padanya

aku tak mampu lagi, gurat langit memang segera menautkan
dengan birama dan eksotis ombak liar, yang silih beganti
menengok beranda jantung ini.
sempat aku titipkan “kata cinta milik dewa dewi”
di negeri sebrang langit, tempat kau menjinjing hari
tempat kau berbenah bekal hidup dengan padi dan palawija,
bersemi di petak harap berpagar bambu  warna warni.

aku dalam ceria menerjang atmosfer Parangtritis
bukit bukit kapur segera menyodorkan lagi
suara dan detak jantungku yang hilang
lantas kau kuatkan dengan nanar kuda liar
agar bertaut dengan jendela langit

hari telah senja,
buihpun segera terbenam dalam peraduan
rembulan milikmu
biar aku simpan saja di Jogja bilik bambuku

(Jogjakarta, Mei 2012).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar